Koneksi Antar Materi 2.3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Oleh : HADI SUWARNO, S.Pd
CGP Angkatan 6 Kelas 30 Kab. Sampang
A. Pengertian Coaching dan Relevansinya dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Coaching merupakan kegiatan percakapan berkolaborasi antara coach
dan coachee berfokus pada menggali ide-ide pada rencana aksi yang berbasis
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis. dimana seorang coach dapat
memfasilitasi perubahan peningkatan atas performa kinerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee.Coaching ini
efektif diterapkan dalam dunia pendidikan yang prosesnya berpusat pada murid.
dengan metode coaching ini seorang guru dapat menuntun murid dalam menerapkan
kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kreatif,dan bernalar kritis
dalam menemukenali kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai
tuntutan alam dan tuntutan zamannya.
Oleh karena itu coaching ini selaras dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun tujuannya adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman.
B. Peran Guru dalam Coaching
Dalam menjalankan tugas seorang guru dalam praktik kegiatan
coaching di sekolah guru sebagai coach harus bisa menggali potensi dan
menuntun peserta didik dalam memperbaiki lakunya, karena guru sebagai
coach wajib menuntun segala kekuatan kodrat atau potensinya agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Guru
sebagai coach memberikan ruang kebebasan untuk peserta didik dalam menemukenali
kekuatan dirinya dan guru berperan sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan
memberdayakan potensi yang ada supaya murid tidak kehilangan arah dan menemukan
kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya dan orang lain.
C. Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional.
Dalam menuntun murid guru menerapkan sistem among dengan tetap
berlandaskan pada semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodo,
Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” dalam menerapkan atau
mengimplementasikan semboyan ini seorang guru dalam menuntun murid harus di
depan menjadi contoh panutan atau teladan yang baik, ditengah memberikan
semangat dan di belakang memberikan dorongan sehingga guru harus selalu ada
buat murid jadi tak heran kalau guru harus menghamba pada murid. Untuk memenuhi
hal itu semua seorang guru dalam menuntun murid harus berpihak pada murid.
Dalam keberpihakan seorang guru terhadap murid maka guru
menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid dengan menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran Sosial Emosional. Dalam menerapkan praktek
coaching seorang guru dapat melakukan praktik ini untuk menggali potensi dan
ide-ide kekuatan diri murid dalam memetakan kebutuhan belajar murid. dalam
praktik percakapan coaching ini diharapkan guru dapat menggali ide-ide kekuatan
murid seperti kesiapan belajar murid, minat belajar murid dan profil belajar
murid.sehingga guru dengan mudah dapat membuat rancangan pembelajaran
berdiferensiasi yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan murid.
Selain itu dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional ini,
praktek coaching sangat diperlukan untuk menemukenali ide-ide gagasan dari
murid melalui percakapan coaching. dengan praktik percakapan coaching melalui
beberapa pertanyaan berdasarkan alur tirta dengan tetap menjunjung 3 kompetensi
inti coaching yaitu Kehadiran Penuh/Presence, Mendengarkan Aktif dan Mengajukan
Pertanyaan Berbobot. dari 3 kompetensi itu diharapkan guru ( Coach)
Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang berbobot dengan
pertanyaan-pertanyaan terbuka yang diberikan guru ( coach) kepada murid
(coachee) akan menemukan kedewasaan dalam proses berpikir melalui kesadaran
penuh dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya,
mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi
keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan
keselamatan. Dari situlah dengan praktik coaching seorang guru secara tidak
langsung dapat menuntun murid dalam meningkatkan 5 kompetensi sosial emosional
yaitu Kesadaran diri,Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan berelasi
dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
D. Keterkaitan keterampilan coahing dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran.
Yang menjadi Keterkaitan keterampilan coaching dengan
pengembangan sebagai pemimpin pembelajaran adalah dalam percakapan coaching seorang guru yang berperan sebagai coach juga dapat
mengembangkan kompetensi diri sebagai pemimpin pembelajaran bagi rekan guru
lainnya yang hal ini berperan sebagai coachee . Dalam pelaksanaan Supervisi
akademik ini merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan
dampak secara langsung dan signifikan pada guru dalam kegiatan pembelajaran
mereka di kelas. Supervisi akademik tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi guru yaitu memberdayakan dan peningkatan pengembangan kompetensi
guru dalam rangka peningkatan performa atau kinerja mengajarnya dan mencapai
tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid .Dan dalam proses pelaksanaannya
supervisi akademik ini menggunakan percakapan coaching. sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan
coaching ini sangat erat hubungannya dengan pengembangan kompetensi sebagai
pemimpin pembelajaran.
Comments
Post a Comment