KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3

 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID


Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru.”
 -Steve Jobs-

ASSALAMU’ALAIKUM WR WB

SALAM SEJAHTERA DAN MULIA BAGI KITA SEMUA


Sebelumnya perkenalkan nama saya Hadi Suwarno, S.Pd. saya adalah calon guru penggerak angkatan 6 dari Kabupaten Sampang. Saya bertugas sebagai guru mapel Matematika di instansi SMAS Darussyahid Sampang, Jl. Merapi no 8 Kec. Sampang.


Pada kesempatan ini sesuai dengan tuntutan tugas LMS pendidikan guru penggerak angkatan 6 membuat koneksi antar materi modul 3.3 yaitu Pengelolaan Program yang berdampak positif pada murid. Dimana koneksi antar materi ini saya ditugaskan untuk mengaitkan materi-materi sebelumnya yang sudah saya pelajari di LMS Pendidikan calon guru penggerak angkatan 6 yaitu dari modul 1 modul 2 hingga modul 3.


  1. Perasaan Selama mempelajari modul 3.3

Namun sebelumnya saya menceritakan Bagaimana perasaan saya setelah mempelajari modul ini. Yang jelas perasaan saya senang dan bersyukur telah menjadi bagian dari program pendidikan guru penggerak angkatan 6. Dalam menempuh pendidikan guru penggerak ini saya banyak mendapatkan ilmu baru dan wawasan dari tiap modul dan belajar bersama, berkolaborasi bersama rekan CGP lainnya dengan didampingi fasilitator dan mendapatkan penguatan pemahaman materi dari instruktur program pendidikan guru penggerak ini. Dari ilmu dan wawasan yang saya dapatkan dari program guru penggerak ini saya merasa puas dan senang

ketika menerapkan atau mengimplementasikan konsep dalam tiap modul ini. Saya juga berbagi praktik baik dengan rekan sejawat di sekolah untuk menularkan atau berbagi ilmu atau wawasan tentang pemahaman dari materi-materi dalam modul program pendidikan guru penggerak ini.


  1. Intisari materi / konsep  Dalam modul 3.3


Intisari dalam modul 3.3 yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.3 tentang pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada Murid antara lain:


1. Program yang Berdampak Positif pada Murid


Program yang berdampak Positif  pada murid ini merupakan suatu kegiatan berpikir dengan pendekatan aset, artinya memberdayakan kekuatan yang ada pada murid untuk dilibatkan dalam penyusunan program atau kegiatan yang  akan direalisasikan di sekolah. Melalui program yang berdampak pada murid ini dengan melibatkan murid dalam menyusun program atau kegiatan sekolah yang berdampak pada murid dapat melatih murid sebagai pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri. Maka kita sebagai guru perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri sehingga potensi kepemimpinan pada murid terlatih dan berkembang dengan baik.


Selama ini yang saya ketahui program/ kegiatan sekolah adalah intrakurikuler ,kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dimana kegiatan intrakurikuler adalah suatu program/kegiatan belajar-mengajar dengan alokasi waktu yang sudah ditentukan dan disusun berdasarkan kalender akademik yang berlaku. Sedangkan kokurikuler adalah merupakan program atau kegiatan penunjang intrakurikuler yang berfungsi untuk mendalami pemahaman materi yang berupa seperti penugasan, kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, serta kegiatan lain yang dapat menguatkan karakter murid. Dan ekstrakurikuler adalah suatu program atau kegiatan di luar jam intrakurikuler dan jam kokurikuler. Dimana kegiatan ini dibawah bimbingan dan pengawasan sekolah, dan diselenggarakan dengan tujuan mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama dan kemandirian murid.


Pengelolaan program yang berdampak pada murid sangat pengaruh kepada perkembangan  potensi dan karakter murid karena akan terasa pada saat murid menjalani kehidupan kedepannya sesuai dengan kodratnya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dan akan lebih bermakna serta efektif jika dalam pengelolaan program /kegiatan sekolah melibatkan potensi murid dalam membuat suatu kegiatan agar nantinya kegiatan/program yang berjalan benar-benar berdampak pada murid.


2. Student Agency ( Kepemimpinan Murid)


Student agency atau kepemimpinan murid dalam pembelajaran artinya memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga  potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.Saat murid merasa berdaya, murid merasa mampu bertanggung jawab dalam mengambil kontrol terhadap proses belajarnya sendiri dan saat murid merasa bahwa ia mampu membuat perubahan baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya maka kita bisa katakan bahwa murid memiliki agency atau kepemimpinan.Saat murid memiliki agency sebenarnya mereka memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka.


Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya.  (www.education.vic.gov.au)


Pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. (marzanoacademies.org).Merujuk pada pendapat tentang konsep kepemilikan, dapat dikatakan bahwa, saat murid terhubung (baik secara fisik, kognitif, emosional) dengan apa yang sedang dipelajari, terlibat aktif, dan menunjukkan investasi pribadi dalam proses belajarnya, maka kita dapat mengatakan bahwa tingkat rasa kepemilikan mereka terhadap proses belajar tinggi.


Kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu Upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan  menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat  mewujud sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih dan mendorong untuk mengamalkan nilai-nilai beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.


3. Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid.


Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada: 

    • komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh, dsb).
    • komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru).
    • komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb).
    • komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb).
    • komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha, media, universitas, DPR, dsb)


4. Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid


Lingkungan dapat mempengaruhi tumbuh suburnya kepemimpinan murid dalam ekosistem pendidikan. Sehingga dalam ekosistem pendidikan harus menyediakan lingkungan yang cocok untuk Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid. 

Menurut noble ada 7 karakteristik lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid antara lain:

    1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif. Lingkungan yang seperti ini akan membuat murid mampu dan berkeinginan untuk melakukan hal-hal secara positif untuk dirinya sendiri serta memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
    2. lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah. Di dalam lingkungan yang seperti ini, nilai-nilai tersebut kemudian akan mewujud menjadi atmosfer sekolah yang positif, di mana hubungan dan interaksi sosial yang terjalin di antara para murid, guru, orang tua maupun seluruh komunitas yang terkait akan terasa sangat positif dan kontributif.
    3. lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk memiliki determinasi diri yang kuat dalam proses pembelajaran, baik dalam aspek akademik maupun non-akademik. Dalam lingkungan ini, murid akan belajar tentang nilai-nilai ketekunan serta kerja keras. Murid akan belajar untuk mampu melihat sejauh mana kemajuan proses belajarnya. Murid mampu mengerjakan tugas sekolahnya secara mandiri, memiliki pemahaman yang benar dan cakap sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
    4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang seperti ini akan membantu murid untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya dan memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda. 
    5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
    6. Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar yang menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa senang hati dan menikmati setiap momen pembelajarannya. 
    7. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani menerima tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila menemui kegagalan. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk selalu mengambil pelajaran dari setiap kegagalan￾kegagalan yang dijumpainya dan berusaha untuk menemukan cara-cara alternatif atau cara yang paling tepat.


C. Koneksi antar materi / keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya


Keterkaitan antar semua modul dari modul 1, Modul 2 dengan modul 3.3. menggambarkan bahwa Tujuan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, yaitu:



  1. Keterkaitan modul 1.1 dengan modul 3.3 Pada Modul 1.1 mempelajari tentang pendidikan adalah menuntun tumbuh kembangnya murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman jadi keterkaitan dengan modul 3.3 yaitu sebagai pemimpin pembelajaran didalam pengelolaan program sekolah yang berdampak positif pada murid merupakan salah satu bagian dari menuntun murid dalam tumbuh kembangnya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman.


  1. Keterkaitan modul 1.2 dengan modul 3.3 Modul . Pada modul 1.2 mempelajari tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak dimana Lima nilai yang harus dimiliki oleh guru penggerak, yaitu berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif. Berpihak pada murid yaitu guru dalam melakukan pembelajaran harus berpihak pada murid, desain atau rancangan pembelajaran diharapkan sesuai dengan kebutuhan murid.


Selain lima nilai guru penggerak juga memiliki 5 peran sebagai guru penggerak antara lain:

1. Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di   wilayahnya

2. Menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait perkembangan pembelajaran di sekolah

3. Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah

4. Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan

pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

5. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well being ekosistem pendidikan di sekolah.

sekolah.Keterkaitan modul 1.2 dengan modul 3.3 yaitu  Dalam mengimplementasikan program sekolah yang berdampak pada murid, guru penggerak memiliki nilai-nilai dan peran yang sangat penting untuk dapat tergerak, bergerak dan menggerakan komunitas yang ada. dalam menunjang terlaksananya program sekolah yang berdampak positif pada murid.


  1. Keterkaitan modul 1.3 dengan modul 3.3. Pada modul 1.3 mempelajari tentang visi guru penggerak dimana CGP memahami pentingnya visi yang berpihak pada murid sebagai landasan segala inisiatif perubahan dalam pendidikan. Dengan manajemen perubahan dengan pola pikir positif melalui pendekatan inkuiri apresiatif (BAGJA) dilakukan. Keterkaitan modul 1.3 dengan modul 3.3 yaitu Untuk merealisasikan  pengelolaan program yang berdampak positif  pada murid, harus sesuai dengan visi guru penggerak yaitu, bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid dan menjalankan rencana program sekolah melalui dukungan pemangku kepentingan dalam mendukung ekosistem pendidikan pada proses pembelajaran yang berpihak pada murid dengan melalui tahapan BAGJA atau manajemen perubahan dengan pola pikir positif melalui pendekatan inkuiri apresiatif maka program yang berdampak pada murid akan tercapai .


4. Keterkaitan modul 1.4 dengan modul 3.3

Pada modul 1.4 mempelajari tentang budaya positif dimana CGP dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.


Keterkaitan modul 1.4 dengan modul 3.3 yaitu 

Pengelolaan program yang berpihak pada murid diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap terwujudnya budaya positif yang berkelanjutan di lingkungan sekolah, sehingga pembelajaran selaras dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.



5. Keterkaitan modul 2.1 dengan modul 3.3 

Pada modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dengan memberdayakan murid  sebagai pribadi unik yang memiliki bakat dan potensi yang berbeda dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan belajar murid sesuai kesiapan belajar, profil belajar murid dan minat murid.


Keterkaitan modul 2.1 dengan modul 3.3 yaitu

Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, sudah seharusnya program tersebut dapat memenuhi kebutuhan murid yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dengan memberdayakan murid  sebagai pribadi unik yang memiliki bakat dan potensi yang berbeda maka dalam pembelajaran diterapkan diferensiasi, sehingga kebutuhan murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid dapat terpenuhi dengan baik.


6. Keterkaitan modul 2.2 dengan modul 3.3 

Dalam modul 2.2 mempelajari tentang pembelajaran sosial emosional. Dalam modul 2.2 ini menjelaskan urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman  agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Selain itu juga menjelaskan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL  (Collaborative  for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


Keterkaitan modul 2.2 dengan modul 3.3 yaitu

Untuk merencanakan pengelolaan program yang berdampak positif  pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional  pada proses pembelajaran, hal ini bertujuan untuk mengembalikan kesadaran penuh (mindfulness) murid, sehingga pada saat merencanakan pengelolaan  program sekolah yang berdampak positif pada murid dapat memiliki rasa empati,ketenangan, termotivasi, dan memiliki sikap tanggung jawab karena untuk menumbuhkembangkan student agency atau kepemimpinan murid.


7. Keterkaitan modul 2.3 dengan modul 3.3 

Dalam modul 2.3 mempelajari tentang Coaching untuk supervisi akademik dimana CGP dapat menjelaskan konsep coaching secara umum, CGP dapat menjelaskan konsep coaching dalam konteks pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat).CGP dapat menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi.


Keterkaitan modul 2.3 dengan modul 3.3 yaitu

Dalam membentuk pendidikan pengembangan karakter positif pada murid, dapat dikembangkan melalui proses percakapan coaching, hal ini dilakukan sebagai langkah untuk menggali potensi dan melejitkan kinerja murid untuk dapat menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi pada saat menjalankan program yang berdampak positif pada murid, maka dari itu sikap kreatif, inovatif dan sikap kritis murid sangat diperlukan untuk terciptanya murid yang merdeka dalam proses belajarnya sendiri.


8. Keterkaitan modul 3.1 dengan modul 3.3 

Pada modul 3.1 mempelajari tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.dimana pada modul ini CGP Mengaktifkan pengetahuan awal (prior knowledge) dan mengamati keterampilan seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan dengan berada di antara berbagai pemangku kepentingan, di antaranya murid, orang tua murid, guru, yayasan, dan pihak komunitas sekolah.

Selain itu CGP dapat menjelaskan pentingnya  pengambilan keputusan seorang pemimpin yang berdasarkan 3 unsur yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.


Keterkaitan modul 3.1 dengan modul 3.3 yaitu

Seorang Pemimpin pembelajaran merupakan orang-orang yang berani membuat gebrakan melakukan perubahan ke arah yang positif dan lebih baik lagi serta senang berkolaborasi bersama komunitas lainnya, sehingga pada prosesnya sebagai pemimpin pembelajaran akan mendapatkan permasalahan-permasalahan seperti dilema etika maupun bujukan moral, maka agar pada saat mengambil keputusannya dapat bermanfaat bagi orang sekitar, perlu memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan, dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.


9. Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 3.3  Dalam modul 3.2 mempelajari tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Dimana seorang CGP harus dapat mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah. Seorang CGP harus bisa mengubah paradigma berpikir dengan pendekatan berbasis aset/kekuatan.selain itu CGP harus bisa mengidentifikasi 7 aset modal dimulai dari modal manusia,modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik,Modal lingkungan/alam dan modal finansial.


Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 3.3  yaitu

Pengelolaan sumber daya yang berdampak pada murid, hendaknya memperhatikan modal aset yang dimiliki oleh sekolah melalui pemetaan modal aset seperti modal modal manusia, modal fisik, modal sosial, modal finansial, modal politik, modal lingkungan/ alam, serta modal agama dan budaya. Sehingga pemanfaatan sumber daya menjadi prioritas seluruh warga sekolah untuk mewujudkan program pengelolaan yang berdampak pada murid.


Dengan memperhatikan keterkaitan seluruh materi modul 3.3 dengan modul sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan program yang berdampak positif pada murid harus merencanakan program sekolah yang berpihak pada murid untuk menuntun tumbuhkembannya kodrat murid sesuai dengan kodrat jamannya. Untuk mengelola program yang berdampak positif pada murid ini seorang guru penggerak mengambil peranan penting dalam merencanakan pengelolaan program yang berdampak pada murid.dengan melalui tahapan BAGJA program yang akan dijalankan akan terencana sesuai tahapan bagja untuk mewujudkan prakarsa perubahan. Pengelolaan program yang berpihak pada murid ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif, dengan terwujudnya budaya positif berkelanjutan di lingkungan sekolah, sehingga pembelajaran selaras dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.


Untuk merencanakan pengelolaan program yang berdampak positif  pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional  pada proses pembelajaran, hal ini bertujuan untuk mengakomodir segala kebutuhan belajar murid dengan karakteristik yang berbeda dan  dapat mengembalikan kesadaran penuh (mindfulness) murid, sehingga pada saat merencanakan pengelolaan  program sekolah yang berdampak positif pada murid dapat memiliki rasa empati,ketenangan, termotivasi, dan memiliki sikap tanggung jawab karena untuk menumbuhkembangkan student agency atau kepemimpinan murid.kemampuan coaching juga diperlukan dalam menyusun dan merencanakan program yang berdampak positif pada murid.


Seorang Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan mengambil keputusannya dapat bermanfaat bagi orang sekitar, perlu memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan, dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran serta bisa mengidentifikasi kekuatan /aset yang dimiliki sekolah untuk merencanakan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid


D. Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid.Bagaimana seharusnya program-program  atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?


Menurut saya setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya, perspektif tentang program yang berdampak positif pada murid bahwa dalam merencanakan program yang berdampak positif pada murid harus direncanakan secara terstruktur berdasarkan surat keputusan yang dibuat oleh pemangku kebijakan dan selalu berkolaborasi bersama pemangku kepentingan dan rekan sejawat serta melibatkan murid dari unsur suara, pilihan dan kepemilikan murid secara matang.Dengan menumbuhkan budaya positif dalam setiap membuat program sekolah yang berpihak pada murid sesuai dengan visi sekolah dalam pengelolaan program yang berdampak positif pada murid dapat menuangkan pada canvas BAGJA sesuai dengan prakarsa perubahan untuk mewujudkan program yang direncanakan. Dimana program yang direncanakan harus mempertimbangkan unsur suara,pilihan dan kepemilikan murid untuk menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dalam mengatur proses pembelajarannya sendiri.



  • Perencanaan Program

Sebagai contoh program yang direncanakan berdampak positif pada murid adalah Program “MTK.MBN” Mengembangkan Tingkat Kemampuan Murid Belajar Numerasi. Dimana

    1. Sebelum merencanakan program ini melihat latar belakang bahwa rapor mutu pendidikan tingkat numerasi murid rendah, maka sebagai pemimpin pembelajaran dapat membuat terobosan baru bagaimana cara mengembangkan Tingkat kemampuan Belajar murid numerasi sesuai kemampuan bakat dan minat yang dimiliki murid
    2. Berdiskusi bersama kepala sekolah dan rekan sejawat tentang pentingnya program numerasi selama ini karena melihat rapor mutu pendidikan di bidang numerasi rendah
    3. Berdiskusi dengan rekan sejawat mengidentifikasi hal-hal menarik apa yang dapat menumbuhkan keaktifan murid untuk belajar numerasi
    4. Melakukan sesi diskusi bersama murid kelas X - XII untuk menguatkan ide pada tahap awal ini
    5. Melakukan curah pendapat terkait aktivitas belajar yang murid kuasai dan disukai
    6. Melakukan diskusi dan curah pendapat antara kelas X-XII Terkait Harapan dan evaluasi terlaksananya program (MTK.MBN) Mengembangkan tingkat kemampuan murid belajar numerasi
    7. Membentuk struktur kepengurusan program yang terdiri dari penanggung jawab karya , ketua, sekretaris dll
    8. Bersama murid mendiskusikan jadwal dan teknis pelaksanaan program ini
    9. Mengkoordinasikan kepengurusan jadwal dan tugas masing-masing sie
    10. Mencatat kegiatan di buku laporan baik kendala maupun hasil
    11. Murid melakukan evaluasi setiap akhir kegiatan

Pada proses pelaksanaan, mengacu pada pertanyaan sebagai berikut hal ini bertujuan agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid, sebagai contoh program''MTK.MBN'';Mengembangkan Tingkat Kemampuan Murid Belajar Numerasi.


  • Pelaksanaan Program

Program MTK.MBN merupakan kegiatan ko-kurikuler yang diintegrasikan dalam intrakurikuler. Dimana pelaksanaanya sebagai berikut:

    1. kegiatan ini terprogram dan terjadwal setiap hari senin jam pertama dimana murid bebas memilih bahan bacaan numerasi baik buku maupun lewat internet dengan Chrome Mbok yang ada dan komputer di lab komputer.
    2. Kemudian di hari sabtu jam terakhir murid dapat menyajikan informasi apa saja yang didapat tentang numerasi dari buku atau laptop tersebut baik berupa catatan, infografis, lukisan lisan maupun video.
    3. Hasil yang berupa tulisan, lukisan atau infografis dapat dipajang di mading kelas dan mading sekolah.
    4. sedangkan yang berupa lisan bisa direkam dan yang berupa video dapat diposting di media sosial seperti instagram akun facebook maupun youtube sekolah
    5. Murid Diberi ruang komentar untuk saling menilai atau memberi masukan terhadap sajian informasi buku murid lainnya.

  • Penanggung jawab dan keterlibatan dalam program yang direncanakan

Program ini tentunya disusun sesuai dengan Surat Keputusan dari kepala sekolah dengan membentuk tim beserta rincian tugas dan tanggung jawab sebagai tim. Dima Kepala sekolah sebagai penanggung jawab, ketua pelaksanaan program adalah guru dan anggota-anggotanya adalah wali kelas dan beberapa guru.program ini melibatkan semua murid kelas X-XII diharapkan program ini dengan melibatkan murid dari unsur suara, pilihan dan kepemilikan dapat menumbuhkembangkan student agency atau kepemimpinan murid dalam mengatur proses pembelajarannya sendiri.


  • Indikator Keberhasilan dalam program MTK.MBN

Indikator keberhasilan selain meningkatkan nilai rapor mutu pendidikan di bidang numerasi pada pelaksanaan ANBK murid dapat melatih murid dalam kepemimpinan murid dengan menuangkan kreatifitas sesuai minat murid dalam menungkan kemampuan numerasinya dan dapat mengisi mading kelas yang bertemakan numerasi baik desain grafis, cerita bergambar atau lukisan atau artikel atau tulisan sesuai kemampuan dan minat murid.


  • Evaluasi pelaksanaan program MTK.MBN

Rekan sejawat , orang tua serta murid memberikan umpan balik atau masukan terkait pembelajaran sebagai bahan evaluasi pada kegiatan berikutnya. Selain itu mencatat kegiatan di buku laporan baik kendala maupun maupun keberhasilan terhadap program yang sudah dijalankan. Setelah itu murid melakukan evaluasi setiap akhir kegiatan dengan didampingi guru yang ditugaskan dalam mendampingi murid dalam pelaksanaan program MTK.MBN ini.


Demikianlah artikel yang saya tulis ini untuk memenuhi tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif pada murid. semoga apa yang saya tulis ini memberikan dampak besar bagi saya sebagai calon guru penggerak dalam memimpin perubahan ekosistem pendidikan.


Wassalamu'alaikum wr wb.











Comments

Popular posts from this blog